Para Martir dari Quiche
El Quiché adalah sebuah provinsi pegunungan Guatemala yang terisolasi dengan jurang-jurang dalam yang dihuni orang asli yang miskin yaitu Suku K’iche’, Ixil dan Q’eqchi’. Tanah yang subur dikelola pemerintah dan tuan tanah keturunan Spanyol. Tanah yang sulit diolah diserahkan kepada penduduk asli. Sebagian menjadi petani penggarap dan bahkan budak di perkebunan besar. Dengan berjalannya waktu, kehidupan mereka tidak menjadi lebih baik sekalipun berada dekat perbatasan Meksiko karena sulitnya akses dan sedikitnya jumlah penduduk.
Dengan revolusi liberal yang berlangsung sejak tahun 1871, pertanian besar diatur di wilayah pantai Pasifik, khususnya untuk produk ekspor kopi dan pisang. Efeknya, orang-orang Quiché yang membutuhkan uang untuk bertahan hidup, diwajibkan bekerja di perkebunan selama beberapa bulan dalam setahun. Para pemilik perkebunan hanya mencari tenaga kerja murah. Mereka tidak peduli dengan rakyat. Ternak diangkut dengan truk sedangkan para pekerja harus berjalan kaki.
Dengan revolusi liberal yang berlangsung sejak tahun 1871, pertanian besar diatur di wilayah pantai Pasifik, khususnya untuk produk ekspor kopi dan pisang. Efeknya, orang-orang Quiché yang membutuhkan uang untuk bertahan hidup, diwajibkan bekerja di perkebunan selama beberapa bulan dalam setahun. Para pemilik perkebunan hanya mencari tenaga kerja murah. Mereka tidak peduli dengan rakyat. Ternak diangkut dengan truk sedangkan para pekerja harus berjalan kaki.
Pada tahun 1955 para MSC tiba untuk berkarya di Guatemala. Kedatangan mereka membawa pembaharuan sosial di masyarakat Quiché. Mereka mulai bisa membaca, mengetahui pentingnya sanitasi sehingga kesehatan membaik. Kehidupan spiritual mulai tumbuh bahkan Quiché bisa menjadi keuskupan. Atas keberhasilannya di daerah misi, pada tahun 1963, Pastor Juan Alonso dimintai bantuan untuk berkarya di Keuskupan Manado khususnya Paroki Santo Fransiskus de Sales Kokoleh. Selama dua tahun berkarya di sana, niatnya untuk kembali melayani umat di Quiché tak pernah surut. Belakangan, ia pun kembali berkarya di Guatemala dan wafat di tanah yang dicintainya.
Berkembangnya masyarakat Quiché menimbulkan ketidaksukaan para tuan tanah kolonial Katolik, yang cuma memikirkan tenaga kerja murah, para penganut Katolik juga. Persekongkolan pun diadakan antara tuan tanah dan pemerintah untuk melenyapkan para pengganggu keharmonisan yang tak lain adalah gereja. Inilah awal periode para martir di Quiché. Pastor Jose Maria ditembak punggungnya pada tanggal 4 Juni 1980. Pastor Faustino ditembak di wajahnya pada tanggal 10 Juli 1980. Pastor Juan Alonso diculik, disiksa, dan akhirnya kepalanya ditembak tiga kali pada tanggal 15 Februari 1981.
Dari zaman ke zaman, keberpihakan gereja senantiasa diuji. Ada adagium: gereja harus netral, tidak boleh memihak! Gereja itu berbelas kasih dan mencari jalan damai. Gereja tidak turut campur dalam politik praktis.
Darah martir Juan Alonso MSC, Faustino MSC, Jose Maria MSC dan ketujuh martir awam menunjukkan keberpihakan seorang misionaris sejati yaitu selalu hadir dan berjuang bagi orang kecil dan menderita. Untuk siapa Anda rela mengorbankan diri?
(Pastor Rikardo, Tixan-Ecuador)
Para Martir kita sungguh menghidupi kata-kata Rasul Paulus, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:8). Semua itu mereka lakukan untuk kemuliaan Hati Kudus Yesus agar semakin dikasihi di seluruh dunia.
Baca juga: Mengenang 79 Tahun Kemartiran Misionaris MSC di Langgur, Maluku »