Membangun Komunitas yang Berhikmat dan Bahagia: 17 Konfrater MSC Mengheningkan Diri di Taroanggro, Kapencar – Wonosobo Timur.

Membangun Komunitas yang Berhikmat dan Bahagia: 17 Konfrater MSC Mengheningkan Diri di Taroanggro, Kapencar – Wonosobo Timur.

WONOSOBO – Sebanyak 17 konfrater gabungan dari Komunitas Provinsialat dan Rumah Induk MSC Jakarta (12 orang), Rumah Doa Kesepuhan Purworejo (2 orang), dan Novisiat MSC Karanganyar Kebumen (3 orang), menjalani retret tahunan yang berlangsung intensif pada 10 hingga 15 November 2025 di Sentra Spiritualitas MSC, Taroanggro, Wonosobo Timur, Jawa Tengah.

Mengusung tema “Membangun Komunitas yang Berhikmat dan Bahagia,” retret ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali panggilan hidup berkomunitas dan perutusan, jauh dari hiruk pikuk ibu kota dan rutinitas harian.

Berangkat Pagi, Tiba Senja

Rombongan, yang terdiri dari 12 konfrater Provinsialat dan Rumah Induk bertolak dari Jakarta dengan kendaraan mobil pada Minggu (9/11) pukul 07.00 WIB, dan tiba di lokasi yang dikelola oleh Rm. Stef Sumpana dan tim tersebut sore harinya.

Retret ini didampingi secara khusus oleh Br. Petrus Anjar Trihartono FIC, Direktur Rumah Khalawat Roncalli, Salatiga.

Keheningan Mutlak Jadi Kunci Refleksi

Memasuki hari pertama, Senin (10/11), kegiatan diawali dengan Misa Pembuka yang dipimpin oleh Pemimpin Komunitas, Rm. Yohanes Emanuel K. Toby. Dalam pengantarnya, Romo Elton mengajak para peserta untuk memanfaatkan kesempatan ini sebagai waktu bersyukur, bermenung, dan merefleksikan karya perutusan sebagai satu komunitas.

Rm. Elton menekankan dua hal penting untuk mencapai kebijaksanaan: pertama, mengambil waktu hening untuk refleksi pribadi, dan kedua, mengenal Kristus secara lebih dekat.

“Di dalam Tarekat Kita tidak ada pendatang atau pun orang asing,” kutipan dari Pater Pendiri ini menjadi acuan awal bagi peserta, sebagaimana disampaikan dalam sesi pengantar retret. Para peserta kemudian diajak melihat, mendengarkan, dan melakukan kehendak Yesus sebagai landasan hidup berkomunitas.

Selama proses retret, para peserta sepakat menerapkan silentium magnum (keheningan total), sebuah kondisi yang ditegaskan oleh Br. Anjar di sesi pertama sebagai saat untuk relax, reflection, refresh, recharge, and reborn—mengundurkan diri sejenak untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama.

Menyambut Matahari di Kaki Sumbing – Sindoro

Di tengah intensitas sesi permenungan retret, panitia retret menyisipkan sebuah kegiatan khusus yang disebut “Jalan Laudato Si”. Kegiatan ini menjadi agenda spesial pada hari kedua dan ketiga retret di Sentra Spiritualitas MSC, Kapencar, Wonosobo Timur.

Mengambil semangat dari ensiklik Paus Fransiskus tentang kepedulian terhadap rumah bersama, para peserta memulai aktivitas mereka pada pukul 05.00 pagi.

“Jalan Laudato Si” adalah gabungan dari olahraga, jalan sehat, dan kontemplasi. Peserta berjalan mengelilingi area sekitar Kapencar, menghirup udara pagi yang segar sambil memandang keindahan lembah yang diapit oleh Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Kegiatan ini bukan hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga refleksi spiritual tentang alam sebagai karunia Tuhan.

Kunjungan Persaudaraan di Paroki Kapencar

Pada hari ketiga retret, kegiatan “Jalan Laudato Si” diperluas dengan kunjungan persaudaraan yang hangat. Sambil berolahraga pagi, para konfrater berkesempatan mengunjungi rekan-rekan mereka yang sedang berkarya di Paroki St. Fillipus, Kapencar, yaitu Rm. Leo Sugiono dan Rm. Paul Ngalngola.

Selain mengunjungi sesama konfrater, rombongan juga melakukan kunjungan persaudaraan kepada Suster-suster PBHK yang berkarya di wilayah tersebut. Kunjungan ini menegaskan kembali semangat communio (persatuan) dan dukungan di antara anggota tarekat dan kongregasi lain di daerah misi.

Kegiatan spesial ini berhasil memadukan kebutuhan akan kebugaran fisik, kekaguman terhadap ciptaan, dan penguatan tali persaudaraan di tengah suasana retret yang hening dan reflektif.

Mengupas Tuntas Fondasi Komunitas

Pada hari kedua dan ketiga, dinamika retret berfokus pada ciri-ciri komunitas Kristiani yang ideal. Br. Anjar mengajak peserta merenungkan dasar utama komunitas: saling memberi dan menerima dalam cinta kasih, serta adanya sikap percaya.

Inti dari permenungan ditekankan pada nilai-nilai yang harus diperjuangkan, yaitu: caring (memperhatikan), sharing (berbagi), bearing (menanggung bersama), submitting (menyerahkan), dan serving (melayani), yang meneladani pribadi Yesus.

Puncak permenungan interpersonal terjadi saat sesi sharing kelompok. Peserta menggunakan metode tiga putaran percakapan rohani untuk menemukan communal wisdom—kebijaksanaan bersama—yang menguatkan dan menghibur satu sama lain.

Berhadapan dengan Ketidaksempurnaan

Memasuki hari keempat, Kamis (13/11), fokus retret beralih pada realitas kemanusiaan. Komunitas religius diakui sebagai “sekelompok peziarah” yang masih kurang sempurna.

Br. Anjar secara lugas mengingatkan peserta mengenai 15 penyakit yang diutarakan oleh Paus Fransiskus yang dapat merusak komunitas, termasuk kesombongan, suka bergosip, dan skizofrenia eksistensial. Pengakuan atas kelemahan ini berujung pada kesempatan pelayanan Sakramen Tobat bagi seluruh peserta, dilanjutkan dengan Malam Permenungan dan Adorasi Sakramen Mahakudus.

Komitmen Baru dan Misi Lanjutan

Jumat (14/11) menjadi sesi Pengutusan, mengajak peserta membawa bekal spiritual untuk melanjutkan perjalanan hidup berkomunitas yang berhikmat dan berbahagia.

“Undangan untuk tinggal di dalam Yesus sebagai Pokok Anggur, adalah kekuatan dalam hidup berkomunitas,” demikian inti pesan pengutusan.

Retret ditutup dengan Misa Penutup yang dipimpin oleh Rm. Ignatius Wong Sani Saliwardaya MSC. Romo Sani, dalam homilinya, mengajak anggota komunitas menghancurkan kehidupan yang lama dan membangun komitmen tulus demi menghayati relasi antara consecratio (hidup bakti), communio (komunitas), dan missio (perutusan).

Setelah retret selesai, para konfrater menyempatkan diri untuk rekreasi bersama ke Mobi Paralayang Wonosobo dan menikmati keindahan alam Dieng. Perjalanan pulang turut diselingi kunjungan singkat ke konfrater MSC di Paroki St. Paulus Wonosobo, bermalam di Novisiat MSC Karanganyar dan menghadiri Misa pelepasan jenazah ibu Yustina Sunarti, ibunda dari Rm. Sigit Rianto MSC di Purwokerto, sebelum akhirnya tiba di Jakarta pada Minggu (16/11) malam.


Laporan oleh: Rm. Sisko Alexander MSC

Spread the love