Menimba Inspirasi Dari Semangat Kerja Hamba Allah Jules Chevalier

Menimba Inspirasi Dari Semangat Kerja Hamba Allah Jules Chevalier

Dalam sebuah perjalanan dari Issoudun ke Paris dengan menggunakan kereta cepat (Train grande vitesse), saya membaca sebuah blog indah di sebuah situs internet mengenai kumpulan kata-kata inspirative mengenai kerja. Salah satu kata-kata inspirative yang paling menarik perhatian saya waktu itu adalah dari Albert Camus. Dia menulis : “Sans travail, la vie devient pourrie. Mais quand le travail est sans âme, la vie étouffe et meurt.” Jika diartikan secara bebas kata-kata ini berarti: “ Tanpa kerja, hidup menjadi hancur atau busuk. Tetapi ketika kerja tanpa “roh”, maka hidup menjadi “ngos-ngosan” dan mati.” Filsuf yang sama juga pernah berkata: “Changer les choses de place c’est le travail des hommes. Il faut choisir de faire cela ou rien.”- “Mengubah sesuatu adalah pekerjaan manusia. Anda harus memilih untuk melakukan ini atau tidak sama sekali. »

Sering sekali kita mendengar ungkapan ini : “Siapa yang tidak mau bekerja, janganlah makan,” kata Santo Paulus. Kepada manusia, Tuhan memberikan kekuatan untuk menjadi penyebab yang cerdas dan bebas untuk menyelesaikan pekerjaan penciptaan, untuk menyempurnakan keselarasannya (KGK, n. 339) untuk kebaikan mereka dan sesama mereka dan untuk menjadi ” kolaborator Tuhan sepenuhnya” (KGK, n. 307).

Dalam sebuah pidato, pada kesempatan lokakarya untuk gadis-gadis muda, di Issoudun, pada tahun 1902, Hamba Allah Jules Chevalier berkata kepada mereka yang hadir: “Bekerja, ini adalah hukum alam yang agung. Tuhan, setelah menciptakan Adam dan Hawa, menempatkan mereka di Firdaus dengan membebankan kepada mereka tugas untuk mengolah dan memeliharanya. Pekerjaan yang sangat lembut dan bebas lelah sesuai dengan keadaan mereka yang tidak bersalah. Tapi sayangnya ! Mereka memberontak melawan Tuhan dan sekarang pekerjaan ini berubah menjadi hukuman. Itu menjadi penebusan dan pelestarian. Sejak dosa asal, kita telah rentan terhadap dosa dan siapa di antara kita yang tidak perlu melakukan penebusan dosa atas kesalahannya! Kemudian pekerjaan menampilkan dirinya sebagai sarana penebusan dosa, dll. … Ini juga merupakan sarana pelestarian. » (D 19020527).

Mengenai kerja, Hamba Allah Jules Chevalier juga pada suatu waktu menulis:” Kita mungkin akan mengatakan nanti bahwa bekerja adalah kesehatan! Saya tahu bahwa seorang ahli kimia dan ahli biologi terkenal di zaman saya, Louis Pasteur.” Sang ahli kimi dan biologi itu berkata tentang pekerjaan: “Bagi saya sepertinya saya akan melakukan pencurian jika saya menghabiskan satu hari tanpa bekerja. Satu hal yang akan tetap pasti: tidak ada yang bisa menuduh saya telah membuang-buang waktu saya. Saya sering menyerah di bawah beban pekerjaan.” (L 18700808)

Mari Belajar dari Semangat Hamba Allah Jules Chevalier

Hamba Allah Jules Chevalier tidak hanya tahu berkhotbah atau memberi ceramah tentang kerja. Menurut banyak kesaksian, Chevalier adalah seorang yang tak kenal lelah untuk berkerja untuk mewujudkan “cita-cita mulia” menyembuhkan penyakit zaman.

Pada tanggal 3 April 1884, Pater L. Batard menulis surat kepada Pastor Piperon. Di dalamnya tersirat semangat kerja keras dari Hamba Allah Jules Chevalier.

“Pater Yang Terhormat, saya sangat takut bahwa orang-orang akan terlambat menyadari bahwa mereka telah terlalu banyak meninggalkan Bapa Superior yang Terhormat (Jules Chevalier) sendirian. Di masa-masa yang tidak menguntungkan ini terutama ketika kesulitan muncul dari semua sisi dan setiap saat, Bapa Superior yang terhormat sendirian, benar-benar sendirian untuk menjawab, mengatur, memutuskan, dll. Juga untuk beberapa waktu khususnya, dia tidak lagi ingin mendengar tentang kesulitan..”

Ada juga kesaksian lain mengenai semangat kerja dari Hamba Allah Jules Chevalier. Misalnya Pater Charles Piperon – pada tanggal 2 April 1899 menulis:

“Setelah bekerja, selama kekuatannya memungkinkan, dia tidak menginginkan seorang sekretaris. Semua momennya dihitung, dia tidak menyia-nyiakannya. Dan terlepas dari kerja keras pelayanan suci, terlepas dari kekhawatiran pemerintah kongregasinya, dia berhasil menemukan waktu untuk menulis beberapa karya jangka panjang dan berharga. Terlepas dari semua kualitas hebat dan karya-karyanya yang mengagumkan, saya selalu melihatnya rendah hati, dengan kerendahan hati yang sederhana dan jujur; Dalam semangat kesederhanaan Kristiani yang mengagumkan, menghubungkan segala sesuatu dengan Tuhan, memuliakan-Nya dan tidak mengambil keuntungan dari apa pun.

Tidak diragukan lagi dia, seperti semua orang bermartabat pernah menghadapi musuh; tidak diragukan lagi dia telah dikritik dan banyak, bahkan di antara para pengikutnya; Allah mengizinkannya untuk memurnikan kebajikannya. Semangat pengorbanan dirinya menopangnya di tengah-tengah pencobaan yang paling kejam. Karyanya, atau lebih tepatnya, banyak karyanya, dia mendirikannya, dia mendukungnya dan mengembangkannya dengan cara yang mengagumkan. Mengingat karya-karya itu hari ini, sulit untuk percaya bahwa itu semua dimulai dalam kemelaratan palungan dan kemiskinan Nazaret; Bahwa itu semua dilakukan dan diselesaikan oleh satu orang!”

Meditasi:

Allah meminta kita untuk bekerja.

Manusia diciptakan untuk bekerja: ut operateur (Kej 2, 15).

Itulah kondisi kita sebagai yang diciptakan…

Apakah kita memiliki semangat untuk bekerja?

Apakah kita secara serius menggunakan waktu untuk hal-hal peting, untuk menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan kepada kita?…

Mungkin kadang kala waktu mengalir saja …dan kita hidup dalam kemalasan, dalam kunjungan-kunjungan yang tidak terlalu penting, dalam hiburan yang berbahaya, dalam bacaan yang berbahaya, dll.

Tengoklah ke dalam diri…apakah kita mencintai pekerjaan kita, karena orang yang mempercayakan tugas itu ataukah kerena ketaatan.

Allah menghendaki agar kita menguduskan pekerjaan kita.

Semua pekerjaan yang tidak diperuntukan bagi Allah adalah pekerjaan yang “hilang” bagi surga.

Omnia in gloriam Dei facite.

Ubahalah cara kita bekerja.

Apakah kita bekerja karena minat, karena semangat, karena penghargaan terhadap manusia atau karena kesombongan!

Bekerjalah dalam kesatuan dengan Tuhan Yesus.

Dan jika mempersembahkan kepada Allah apa yang kita kerjakan sepanjang hari, kita memperoleh pahala,

ketika kita tahu bahwa tindakan terkecil, yang digerakkan oleh iman, bernilai kemuliaan yang luar biasa.

Allah menghendaki agar kita bersyukur setelah bekerja.

Teladanilah St. Petrus. Setelah bekerja dia bersembah sujud di hadapan Yesus dengan kerendahan hati yang mendalam: procidit ad genua Jesu.

Kita juga setelah bekerja…bersembah sujudlah di hadapan Tuhan Yesus sambil berkata:

Ya Tuhan, aku bersyukur atas bantuan dan rahmat yang Engkau berikan kepadaku. Saya sadar bahwa tanpa Engkau, saya tidak dapat berbuat apa-apa yang berguna bagi keselamatan hidupku. Amin

(Meditasi Jules Chevalier mengenai Kerja, halaman 79-81)

P. Yongki Wawo, MSC

Issoudun, 22 Maret 2022