Peter To Rot, “Awam MSC” yang akan Menjadi Santo

Peter To Rot, “Awam MSC” yang akan Menjadi Santo

Papua Nugini – Sosok sederhana dari tanah Melanesia ini akan kembali menjadi sorotan dunia pada 19 Oktober 2025 mendatang. Pada tanggal tersebut, Gereja Katolik akan merayakan kanonisasi Peter To Rot, seorang awam dan ayah keluarga yang menjadi martir karena imannya di masa pendudukan Jepang. Ia akan resmi dinyatakan sebagai santo pertama asal Papua Nugini — sebuah momen bersejarah bagi bangsa dan Gereja universal.

Martir Iman dari Tanah Melanesia

Peter To Rot lahir pada tahun 1912 di Rakunai, Papua Nugini, dari pasangan Angelo To Puia dan Maria Ia Tumul, generasi pertama umat Katolik di wilayah itu. Ayahnya, seorang kepala suku Melanesia, dikenal sebagai pemimpin berwibawa yang membawa masyarakat Rakunai mengenal iman Katolik setelah kedatangan para misionaris Misionaris Hati Kudus (MSC) dari Prancis pada tahun 1882.

Beato Peter To Rot (sumber: vaticannews.com)

Sejak kecil, Peter dikenal cerdas, tekun, dan memiliki semangat rohani yang mendalam. Pastor parokinya, P. Emilio Jakobi MSC, sempat menduga bahwa Peter akan menjadi imam, namun Tuhan menuntunnya ke jalan lain: menjadi seorang katekis awam yang gigih, rendah hati, dan penuh kasih.

Katekis, Suami, dan Ayah Teladan

Pada usia 18 tahun, Peter mulai dilatih sebagai katekis untuk membantu para misionaris. Ia dikenal sebagai pengajar yang intuitif dan penuh semangat. Ia mengatur kelas katekismus, doa bersama, serta mengajar umat tentang ajaran iman dengan cara sederhana namun menyentuh.
Pada usia 24 tahun, ia menikah dengan Paula Ia Varpit, dan dikaruniai tiga anak perempuan. Sebagai suami dan ayah, Peter dikenal penuh kasih, setia, dan menjadi contoh keluarga Katolik sejati.

Iman yang Diuji di Tengah Pendudukan Jepang

Ketika pemerintah pendudukan Jepang akhirnya melarang segala bentuk ibadat dan memperbolehkan kembali poligami, Peter berdiri teguh menolak kebijakan itu. Ia membela kesucian perkawinan Katolik — bahkan menegur saudaranya sendiri yang mendukung praktik tersebut.
Keberanian itu membuatnya ditangkap dan dipenjara. Pada tahun 1945, Peter To Rot dibunuh dengan suntikan mematikan, menjadi martir di usia 33 tahun. Ia wafat sambil memegang teguh imannya kepada Kristus.

“Kuat dan Jujur”: Penghormatan untuk Seorang Kudus

Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan gelar Beato kepada Peter To Rot pada 17 Januari 1995. Dalam upacara beatifikasi yang penuh haru di Port Moresby, umat Papua Nugini menyanyikan lagu penghormatan berjudul “Yu strong na yu tru” — “Engkau kuat dan jujur”. Lagu itu menjadi simbol kesetiaan dan keberanian seorang awam sederhana yang menjadi pahlawan iman.

Warisan Iman Bersama Misionaris Hati Kudus

Kisah hidup Peter To Rot tidak bisa dipisahkan dari peran Kongregasi Misionaris Hati Kudus (MSC) yang membawa terang Injil ke tanah Melanesia. Semangat misioner MSC menanamkan dalam dirinya cinta kepada Hati Kudus Yesus dan keberanian untuk mewartakan kasih Allah bahkan di tengah ancaman maut.

Hingga kini, warisan iman itu masih hidup di keluarganya. Salah satu keturunan keluarganya, Mgr. Rochus Tatamai MSC, kini menjadi Uskup dan Ketua Konferensi Waligereja Papua Nugini. Hubungan erat antara keluarga To Rot dan para Misionaris Hati Kudus menjadi bukti nyata bagaimana benih iman yang ditanam 140 tahun lalu terus bertumbuh subur.

Momentum Bersejarah bagi Gereja dan Dunia

Kanonisasi yang akan dilaksanakan pada 19 Oktober 2025 bukan hanya menjadi kebanggaan bagi umat Katolik Papua Nugini, tetapi juga bagi seluruh Gereja universal. Peter To Rot menjadi saksi bahwa kekudusan dapat tumbuh di tengah kehidupan keluarga, pekerjaan, dan pelayanan sederhana.

Dengan kehidupannya, Peter To Rot mengajarkan bahwa iman yang sejati tidak hanya diucapkan, tetapi diperjuangkan — bahkan hingga titik darah terakhir.

Peter To Rot, saksi keluarga dan iman, doakan kami. Ametur!

Spread the love

Tinggalkan Balasan